Sebelum libur kuliah tepatnya hari Jum’at, lupa tepatnya tanggal berapa. Aku bersama dua orang teman bercakap-cakap. Sudah hal biasa tiap selesai kuliah di hari Jum’at kita pasti ngumpul. Diantanya Linah itu ada aku sendiri, Garini dan Pele.
Pele membuka pertanyaan untuk aku dan Garini. “Apa perbedaan Cita-Cita dan Impian??”
Aku dan Garini mencoba beberapa kali untuk menjawabnya, tapi belum ada yang tepat. Karena durasi terus berjalan Pele pun segera memberikan jawaban, Cita-cita hanyalah sebuah angan-angan ketika kita masih kecil, jadi apa aku kelak diwaktu dewasa nanti. Itu pun selalu berubah dalam perjalanannya. Sedangkan impian sering kali datang ketika kita sudah menginjak dewasa dan kita terus terobsesi untuk meraihnya, serta didukung kemauan dan keinginan yang kuat. Yah.....penjelasan yang aku tangkep seperti itu sih, tapi si Pele terlalu banyak gaya buat jelasin jadi lupa kata-katanya gimana tuh.
Aku pung meng-IYA-kan jawaban itu, meskipun ada sedikit perbedaan bagi ku. Karena cita-cita itu cenderung kearah profesi sedangkan impian menyangkut dalam segala hal, seperti mempunyai impian suami setampan Brad Pitt, bisa menikmati suasana malam di bawah menara Eiffel, atau keliling Indonesia dengan biaya yang ekonomis, termasuk melancong ke pulau Lombok setelah wisuda nanti. Amiiiinnnn......J
Setelah itu membuat ku tuk berfikir serta menyusun kembali impian-impian yang belum terwujud. Untung aja belum aku buat daftar impian ku ini, bisa-bisa satu buku penuh belum cukup tuk menulis semuanya. –karena aku seorang pemimpi--
[ngaku-ngaku-padahal-juga-tidak]
[ngaku-ngaku-padahal-juga-tidak]